MAKALAH
LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Dosen
Pengampu: Arie Rahmat Riyadi, M.Pd
disusun
oleh:
Artin
Ar Hermawanti NIM:
1303822
Muhamaad
Abia Saefulloh NIM:
1301859
Rimasha
Yasmine NIM:
1302002
Wildan Wilyani NIM:
1307389
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA BANDUNG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat serta inayah-Nya penyusun
berhasil menuntaskan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
tercurahlimpahkan kepada junjunan alam, Nabi Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat,
serta umatnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin.
Makalah
berjudul Landasan Sosiologis
Pendidikan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan.
Dalam penyusunannya, penyusun banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karenanya, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
Tak ada gading yang tak
retak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kritik dan saran membangun sangat
penyusun harapkan demi kemajuan bersama.
Akhir
kata, semoga makalah ini mampu memberikan wawasan kepada kita semua. Aamiin.
Bandung, Oktober
2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
.......................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
D.
Metode Penulisan ....................................................................... 3
E.
Sistematika Penulisan ................................................................. 3
BAB II URAIAN PEMBAHASAN ............................................................... 4
A. Pengertian Sosiologi ................................................................. 4
B. Latar Belakang Historis
Perkembangan Sosiologi Pendidikan... 6
C. Landasan
Sosiologis
Pendidikan................................................ 8
D. Ruang
Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan.......... 10
E. Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia............................ 13
F. Pendidikan sebagai Pranata Sosial.............................................. 15
BAB III PENUTUP
....................................................................................... 18
A. Simpulan ..................................................................................... 18
B. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Hal demikian
menunjukkan bahwa begitu mulianya tujuan yang dicita-citakan dari sebuah proses
pendidikan. Salah satu proses atau kegiatan yang mengarah pada terealisasinya
tujuan tersebut adalah kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan
secara keseluruhan. Dalam proses belajar mengajar tersebut tidak akan
terealisasi tanpa adanya landasan yang menopangi. Landasan yang dimaksud adalah
landasan pendidikan. Landasan
pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang berlangsung mempunyai
pondasi atau pijakan yang kuat.
Pendidikan
dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi
lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan
intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Pembangunan karakter tersebut dapat
dilakukan oleh seorang tenaga pendidik terhadap muridnya, maka disinilah proses
interaksi berlangsung. Proses interaksi ini
dapat dikatakan sebagai proses sosiologis dalam pendidikan. Banyaknya
proses interaksi yang kurang selaras di dunia pendidikan mengakibatkan para
pelajar tidak tercetak secara optimal.
Untuk itu, sangatlah penting sebuah
interaksi antara tenaga pendidik dengan muridnya di dunia pendidikan agar mampu
mencetak para pelajar secara optimal.
Bagaimana Pengertian Sosiologi?
Bagaimana Latar Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan? Bagaimana
Landasan Sosiologis Pendidikan? Bagaimana Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian
Sosiologi Pendidikan? Bagaimana Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia?
Bagaimana Pendidikan sebagai Pranata Sosial?
Makalah “Landasan Sosiologis
Pendidikan” ini yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,
maka beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam makalah ini di antaranya.
1. Pengertian
Sosiologi.
2. Latar
Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan.
3. Landasan
Sosiologis Pendidikan.
4. Ruang
Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan.
5. Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia.
6. Pendidikan sebagai Pranata Sosial.
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini di antaranya.
1. Mengetahui
Pengertian Sosiologi.
2. Mengetahui
Latar Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan.
3. Mengetahui
Landasan Sosiologi Pendidikan.
4. Mengetahui
Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan.
5. Mengetahui
Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia.
6. Mengetahui Pendidikan sebagai Pranata Sosial.
D. METODE
PENULISAN
Metode yang digunakan penyusun dalam penyusunan makalah
ini adalah metode studi pustaka. Yakni penyusun mengambil sumber langsung dari
berbagai buku dan media seperti internet.
E. SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini meliputi.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Perumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Metode Penulisan
E.
Sistematika Penulisan
BAB II URAIAN PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sosiologi
B. Latar
Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan
C. Landasan
Sosiologi Pendidikan
D. Ruang
Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan
E. Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia
F. Pendidikan sebagai Pranata Sosial
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
URAIAN PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
SOSIOLOGI
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di
Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu
otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk
pertama kali digunakan oleh August Comte (1798 – 1857).
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan struktur
sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – ciri :
1. Empiris, adalah ciri utama
sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang
terjadi di lapangan.
2. Teoritis, adalah
peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang
bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai
akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya
perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan berkomulasi
mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori
ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu – individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Adapun pengertian sosiologi secara
tepat yaitu hubungan atau interaksi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Di dalam proses interaksi tersebut
tentu terdapat hal atau faktor-faktor yang mendasari. Faktor-faktor tersebut
diantaranya:
1.
Imitasi.
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif.
2.
Sugesti.
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan
atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. Di
sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwewenang misalnya kepala sekolah
dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temannya. Sugesti ini
memberi jalan bagi anak itu untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak
terlalu sering mensosialisasi sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional
terhambat.
3. Identifikasi. Seorang anak dapat
juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar.
4. Simpati. Simpati adalah faktor
terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi
manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memang
penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara
guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah
terjadi, dan anak – anak akan tertib mematuhi peraturan – peraturan kelas dalam
belajar.
B. LATAR
BELAKANG HISTORIS PERKEMBANGAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Ketika diangkat menjadi Presiden
American Sosiological Association pada tahun 1883, Lester Frank Ward, yang
berpandangan demokratis, menyampaikan pidato pengukuhan dengan menekankan bahwa
sumber utama perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Amerika adalah perbedaan
dalam memiliki kesempatan, khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan.
Orang berpendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan
memiliki kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor
pembeda antara kelas-kelas sosial yang cukup merisaukan.
Untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan tersebut ia mendesak pemerintahnya agar menyelenggarakan
wajib belajar. Usulan itu dikabulkan, dan wajib belajar di USA berlangsung 11
tahun, sampai tamat Senior High School (Rochman Natawidjaja, et. al., 2007:
78). Buah pikiran Ward dijadikan landasan untuk lahirnya Educational Sociology
sebagai cabang ilmu yang baru dalam sosiologi pada awal abad ke-20. Ia sering
dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi Pendidikan”(Rochman Natawidjaja, et. Al.,
2007: 79).
Fokus kajian Educational Sociology
adalah penggunaan pendidikan pendidikan sebagai alat untuk memecahkan
permasalahan social dan sekaligus memberikan rekomendasi untuk mendukung
perkembangan pendidikan itu sendiri. Kelahiran cabang ilmu baru ini mendapat
sambutan luas dikalangan universitas di USA. Hal itu terbukti dari adanya 14
universitas yang menyelenggarakan perkuliahan Educational Sociology, pada tahun
1914. Selanjutnya, pada tahun 1923 dibentuk organisasi professional bernama
National Society for the Study of Educational Sociology dan menerbitkan Journal
of educational Sociology. Pada tahun 1948, organisasi progesional yang mandiri
itu bergabung ke dalam seksi pendidikan dari American Sociological Society.
Pada tahun 1928 Robert Angel mengeritik Educational Sociology dan
memperkenalkan nama baru yaitu Sociology of Education dengan focus perhatian
pada penelitian dan publikasi hasilnya, sehingga Sociology of Education bisa
menjadi sumber data dan informasi ilmiah, serta studi akademis yang bertujuan
mengembangkan teori dan ilmu sendiri.
Dengan dukungan dana penelitian yang
memadai, berhembuslah angin segar dan menarik para sosiolog untuk melakukan
penelitian dalam bidang pendidikan. Maka diubahlah nama Educational Sociology
menjadi Sociology of Education dan Journal of Educational Sociology menjadi
Journal of the Sociology of Education (1963). Serta seksi Educational Sociology
dalam American Sociological Society pun berubah menjadi seksi Sociology of
Education yang berlaku sampai sekarang. Penelitian dan publikasi hasilnya
menandai kehidupan Sociology of Education sejak pasca Perang Dunia II.
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Nama
sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun
1839 (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 96). Di Prancis, pelopor sosiologi
pendidikan yang terkemuka adalah Durkheim (1858-1917), merupakan Guru Besar
Sosiologi dan Pendidikan pada Universitas Sorbonne.
Di Indonesia, perhatian akan peran
pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat
Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politis etis di Negeri Belanda
saat itu melihat adanya keterpurukan kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak
agar pemerintah jajahan melakukan politik balas budi untuk memerangi
ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan emigrasi. Meskipun pada mulanya
program pendidkan itu amat elitis, lama kelamaan meluas dan meningkat ke arah
yang makin populis sampai penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor
pendidikan pada saat itu antara lain: Van
Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika.
C. LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Manusia adalah mahkluk sosial.
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu
dengan masyarakat. Hidup di masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial
anak. Oleh karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar jadi matang. Di samping
tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan
dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi sosial ini
perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Dan menurut para ahli bahwa salah
satu tujuan pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan membimbing agar
kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat hidupnya.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang
menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka
lahirlah berbagai cabang sosiologi , salah satunya sosiologi pendidikan.
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola – pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Aspek sosial melekat pada diri
individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar jadi
matang.
Di
samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat
berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi
sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
Sosiologi pendidikan ini membahas
sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi
pendidikan meliputi :
1.
Interaksi
guru – siswa.
2.
Dinamika
kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
3.
Struktur
dan fungsi sistem pendidikan.
D. RUANG
LINGKUP DAN FUNGSI KAJIAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :
1. Hubungan sistem pendidikan
dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungan sistem
pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c. Fungsi sistem pendidikan
dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan.
d. Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau
sistem status.
e. Fungsionalisasi
sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok – kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan
di sekolah yang meliputi :
a. Sifat kebudayaann
sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat
sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada
perilaku anggotanya, yang mempelajari :
a. Peranan sosial guru.
b. Sifat kepribadian guru.
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah
laku siswa.
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak – anak.
4. Sekolah dalam
komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
a. Pelukisan tentang
komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b. Analisis tentang
proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas kaum
tidak terpelajar.
c. Hubungan antara
sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
d. Faktor – faktor
demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Sebagaimana ilmu pengetahuan pada
umumnya, Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan
atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup
pembahasannya. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai
media komunikasi.
2. Fungsi
prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu,
tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor
internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media
komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan
pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi,
yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan
masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu
pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian
tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan
informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam
institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara
lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
E. LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting, karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertaman bagi setiap manusia. Proses sosialisasi
akan dimulai dari keluarga, dimana anak mulai mengembangkan diri.
Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga
dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga
merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak. Dalam keluarga dapat
ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya.
Selanjutnya disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga
sangat dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat. Seperti
kelompok keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain – lain.
Landasan sosiologi mengandung norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut
oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita
harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok
dalam masyrakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan
damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi
norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi
oleh masing-masing anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan
tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu:
1.
Paham
individualisme, Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir
merdeka dan hidup merdeka. Masing – masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan
individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha
untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan
yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
2.
Paham
kolektivisme, Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya.
3.
Paham
integralistik, paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing
anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis
merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara
individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan
juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan
tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di
Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat:
1.
Kekeluargaan
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
2.
Kesejahteraan
bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat..
3.
Negara
melindungi warga negaranya.
4.
Selaras
serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang
melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
F. PENDIDKAN SEBAGAI PRANATA SOSIAL
Theodorson G. A. mendefinisikan
pranata sosial (social institution) sebagai “an interrelated system of social
roles and norms organized about the satisfaction of an important social need or
function” (Sudarja Adiwikarta, 1988). Pranata sosial adalah suatu sistem peran
dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan
kebutuhan atau fungsi sosial yang penting. Komblum menggunakan istilah
institusi untuk menjelaskan pranata sosial, ia mendefinisikannya sebagai “suatu
struktur status dan peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dasar anggota masyarakat” (Kamanto Sunarto, 1993). Adapun Koentjaraningrat
(1984), dalam definisinya secara tersurat menyebutkan juga peralatan-peralatan
dan manusia-manusia yang melaksanakan peranan-peranan itu. Redaksi
definisi-definisi di atas memang berbeda namun mengandung pengertian yang
relatif sama. Esensinya bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang
khas dari suatu kelakuan berpola; aktivitas yang khas ini dilakukan oleh
berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan peran masing-masing yang
saling berhubungan atau mempunya struktur; mengacu kepada sistem ide, nilai dan
norma atau tata kelakuan tertentu; dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan; dan aktivitas khas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar
anggota masyarakat. Pendek kata, pranata sosil adalah perilaku berpola yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya
(basic needs).
Pranata pendidikan merupakan salah
satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan atau enkulturasi untuk
mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta
untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Melalui
pranata pendidikan sosialisasi dan atau enkulturasi diselenggarakan masyarakat,
sehingga demikian eksistensi masyarakat dan kebudayaannya dapat bertahan
sekalipun individu-individu anggota masyarakatnya berganti karena terjadinya
kelahiran, kematian, dan perpindahan.
Dala hubungan dengan keadaan serta
harapan masyarakat serta kebudayaannya, pranata pendidikan mempunyai dua fungsi
utama, yaitu:
1.
Fungsi
Konservasi
Dalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk mewariskan
atau melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat dan mempertahankan kelangsungan
eksistensi masyarakat.
2.
Fungsi
Inovasi/kreasi/transformasi
Dalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk melakukan
perubahan dan pembaharuan masyarakat beserta nilai-nilai budayanya.
Fungsi konservasi dan fungsi inovasi
pendidikan bagi masyarakat dan kebudayaannya dapat kita pahami dan riil terjadi
di dalam kehidupan masyarakat. Namun apakah pendidikan akan berfungsi
konservasi saja, atau inovasi saja, atau kedua-duanya, hal ini akan sangat tergantung
kepada pola-pola pendidikan yang diselenggarakan masyarakat yang bersangkutan.
Secara teoritis, memang dapat ditemukan adanya teori yang mengklasifikasikan seperti itu.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Secara umum Sosiologi Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan
(pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang
keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari
model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha
untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara
orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta
didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan
tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
B. SARAN
a.
Kita
sebagai pelajar dan calon pendidik harus lebih memahami bagaimana tata cara
mendidik anak didik kita. Baik itu dilihat dari segi psikologis, psikis
khususnya sosiologis agar cita-cita pengoptimalisasian upaya belajar mengajar
dapat terealisasi dengan sempurna.
b.
Makalah ini merupakan resume dari
berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada
sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
c.
Kritik dan saran yang membangun
tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Hal demikian
menunjukkan bahwa begitu mulianya tujuan yang dicita-citakan dari sebuah proses
pendidikan. Salah satu proses atau kegiatan yang mengarah pada terealisasinya
tujuan tersebut adalah kegiatan belajar mengajar.
Proses belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan
secara keseluruhan. Dalam proses belajar mengajar tersebut tidak akan
terealisasi tanpa adanya landasan yang menopangi. Landasan yang dimaksud adalah
landasan pendidikan. Landasan
pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang berlangsung mempunyai
pondasi atau pijakan yang kuat.
Pendidikan
dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi
lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan
intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Pembangunan karakter tersebut dapat
dilakukan oleh seorang tenaga pendidik terhadap muridnya, maka disinilah proses
interaksi berlangsung. Proses interaksi ini
dapat dikatakan sebagai proses sosiologis dalam pendidikan. Banyaknya
proses interaksi yang kurang selaras di dunia pendidikan mengakibatkan para
pelajar tidak tercetak secara optimal.
Untuk itu, sangatlah penting sebuah
interaksi antara tenaga pendidik dengan muridnya di dunia pendidikan agar mampu
mencetak para pelajar secara optimal.
Bagaimana Pengertian Sosiologi?
Bagaimana Latar Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan? Bagaimana
Landasan Sosiologis Pendidikan? Bagaimana Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian
Sosiologi Pendidikan? Bagaimana Landasan Sosiologis Pendidikan di Indonesia?
Bagaimana Pendidikan sebagai Pranata Sosial?
Makalah “Landasan Sosiologis
Pendidikan” ini yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,
maka beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam makalah ini di antaranya.
1. Pengertian
Sosiologi.
2. Latar
Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan.
3. Landasan
Sosiologis Pendidikan.
4. Ruang
Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan.
5. Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia.
6. Pendidikan sebagai Pranata Sosial.
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini di antaranya.
1. Mengetahui
Pengertian Sosiologi.
2. Mengetahui
Latar Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan.
3. Mengetahui
Landasan Sosiologi Pendidikan.
4. Mengetahui
Ruang Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan.
5. Mengetahui
Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia.
6. Mengetahui Pendidikan sebagai Pranata Sosial.
D. METODE
PENULISAN
Metode yang digunakan penyusun dalam penyusunan makalah
ini adalah metode studi pustaka. Yakni penyusun mengambil sumber langsung dari
berbagai buku dan media seperti internet.
E. SISTEMATIKA
PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini meliputi.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Perumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D.
Metode Penulisan
E.
Sistematika Penulisan
BAB II URAIAN PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sosiologi
B. Latar
Belakang Historis Perkembangan Sosiologi Pendidikan
C. Landasan
Sosiologi Pendidikan
D. Ruang
Lingkup dan Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan
E. Landasan Sosiologis Pendidikan di
Indonesia
F. Pendidikan sebagai Pranata Sosial
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
URAIAN PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
SOSIOLOGI
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di
Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu
otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk
pertama kali digunakan oleh August Comte (1798 – 1857).
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan struktur
sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri – ciri :
1. Empiris, adalah ciri utama
sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang
terjadi di lapangan.
2. Teoritis, adalah
peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang
bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai
akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya
perubahan di masyarakat, yang membuat teori – teori itu akan berkomulasi
mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori
ini menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu – individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Adapun pengertian sosiologi secara
tepat yaitu hubungan atau interaksi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Di dalam proses interaksi tersebut
tentu terdapat hal atau faktor-faktor yang mendasari. Faktor-faktor tersebut
diantaranya:
1.
Imitasi.
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif.
2.
Sugesti.
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan
atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. Di
sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwewenang misalnya kepala sekolah
dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temannya. Sugesti ini
memberi jalan bagi anak itu untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak
terlalu sering mensosialisasi sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional
terhambat.
3. Identifikasi. Seorang anak dapat
juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar.
4. Simpati. Simpati adalah faktor
terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi
manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memang
penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara
guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah
terjadi, dan anak – anak akan tertib mematuhi peraturan – peraturan kelas dalam
belajar.
B. LATAR
BELAKANG HISTORIS PERKEMBANGAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Ketika diangkat menjadi Presiden
American Sosiological Association pada tahun 1883, Lester Frank Ward, yang
berpandangan demokratis, menyampaikan pidato pengukuhan dengan menekankan bahwa
sumber utama perbedaan kelas sosial dalam masyarakat Amerika adalah perbedaan
dalam memiliki kesempatan, khususnya kesempatan dalam memperoleh pendidikan.
Orang berpendidikan lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk maju dan
memiliki kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan dipandang sebagai faktor
pembeda antara kelas-kelas sosial yang cukup merisaukan.
Untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan tersebut ia mendesak pemerintahnya agar menyelenggarakan
wajib belajar. Usulan itu dikabulkan, dan wajib belajar di USA berlangsung 11
tahun, sampai tamat Senior High School (Rochman Natawidjaja, et. al., 2007:
78). Buah pikiran Ward dijadikan landasan untuk lahirnya Educational Sociology
sebagai cabang ilmu yang baru dalam sosiologi pada awal abad ke-20. Ia sering
dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi Pendidikan”(Rochman Natawidjaja, et. Al.,
2007: 79).
Fokus kajian Educational Sociology
adalah penggunaan pendidikan pendidikan sebagai alat untuk memecahkan
permasalahan social dan sekaligus memberikan rekomendasi untuk mendukung
perkembangan pendidikan itu sendiri. Kelahiran cabang ilmu baru ini mendapat
sambutan luas dikalangan universitas di USA. Hal itu terbukti dari adanya 14
universitas yang menyelenggarakan perkuliahan Educational Sociology, pada tahun
1914. Selanjutnya, pada tahun 1923 dibentuk organisasi professional bernama
National Society for the Study of Educational Sociology dan menerbitkan Journal
of educational Sociology. Pada tahun 1948, organisasi progesional yang mandiri
itu bergabung ke dalam seksi pendidikan dari American Sociological Society.
Pada tahun 1928 Robert Angel mengeritik Educational Sociology dan
memperkenalkan nama baru yaitu Sociology of Education dengan focus perhatian
pada penelitian dan publikasi hasilnya, sehingga Sociology of Education bisa
menjadi sumber data dan informasi ilmiah, serta studi akademis yang bertujuan
mengembangkan teori dan ilmu sendiri.
Dengan dukungan dana penelitian yang
memadai, berhembuslah angin segar dan menarik para sosiolog untuk melakukan
penelitian dalam bidang pendidikan. Maka diubahlah nama Educational Sociology
menjadi Sociology of Education dan Journal of Educational Sociology menjadi
Journal of the Sociology of Education (1963). Serta seksi Educational Sociology
dalam American Sociological Society pun berubah menjadi seksi Sociology of
Education yang berlaku sampai sekarang. Penelitian dan publikasi hasilnya
menandai kehidupan Sociology of Education sejak pasca Perang Dunia II.
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa karena pergeseran pandangan tentang
masyarakat sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh. Nama
sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-1857) pada tahun
1839 (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 96). Di Prancis, pelopor sosiologi
pendidikan yang terkemuka adalah Durkheim (1858-1917), merupakan Guru Besar
Sosiologi dan Pendidikan pada Universitas Sorbonne.
Di Indonesia, perhatian akan peran
pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat
Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politis etis di Negeri Belanda
saat itu melihat adanya keterpurukan kehidupan orang Indonesia. Mereka mendesak
agar pemerintah jajahan melakukan politik balas budi untuk memerangi
ketidakadilan melalui edukasi, irigasi, dan emigrasi. Meskipun pada mulanya
program pendidkan itu amat elitis, lama kelamaan meluas dan meningkat ke arah
yang makin populis sampai penyelenggaraan wajib belajar dewasa ini. Pelopor
pendidikan pada saat itu antara lain: Van
Deventer, R.A.Kartini, dan R.Dewi Sartika.
C. LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Manusia adalah mahkluk sosial.
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu
dengan masyarakat. Hidup di masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial
anak. Oleh karena itu, aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu
dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar jadi matang. Di samping
tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan
dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi sosial ini
perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Dan menurut para ahli bahwa salah
satu tujuan pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan membimbing agar
kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat hidupnya.
Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang
menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka
lahirlah berbagai cabang sosiologi , salah satunya sosiologi pendidikan.
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola – pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Aspek sosial melekat pada diri
individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar jadi
matang.
Di
samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat
berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya, maka segi
sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.
Sosiologi pendidikan ini membahas
sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi
pendidikan meliputi :
1.
Interaksi
guru – siswa.
2.
Dinamika
kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
3.
Struktur
dan fungsi sistem pendidikan.
D. RUANG
LINGKUP DAN FUNGSI KAJIAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :
1. Hubungan sistem pendidikan
dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari :
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungan sistem
pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c. Fungsi sistem pendidikan
dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan.
d. Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau
sistem status.
e. Fungsionalisasi
sistem pendidikan formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok – kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan
di sekolah yang meliputi :
a. Sifat kebudayaann
sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah.
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat
sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada
perilaku anggotanya, yang mempelajari :
a. Peranan sosial guru.
b. Sifat kepribadian guru.
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah
laku siswa.
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak – anak.
4. Sekolah dalam
komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi :
a. Pelukisan tentang
komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.
b. Analisis tentang
proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas kaum
tidak terpelajar.
c. Hubungan antara
sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya.
d. Faktor – faktor
demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Sebagaimana ilmu pengetahuan pada
umumnya, Sosiologi Pendidikan dituntut melakukan tiga fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi eksplanasi, yaitu menjelaskan
atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk ke dalam ruang lingkup
pembahasannya. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai
media komunikasi.
2. Fungsi
prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang
diperkirakan akan muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu,
tuntutan masyarakat akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor
internal dan eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media
komunikasi. Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan
pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi,
yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan
masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum Sosiologi
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu
pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian
tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan
informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam
institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara
lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
E. LANDASAN
SOSIOLOGIS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari
sosiologi maka pendidikan keluarga adalah sangat penting, karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertaman bagi setiap manusia. Proses sosialisasi
akan dimulai dari keluarga, dimana anak mulai mengembangkan diri.
Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga
dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga
merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal oleh anak. Dalam keluarga dapat
ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
selanjutnya.
Selanjutnya disamping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga
sangat dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat. Seperti
kelompok keagamaan, organisasi pemuda dan pramuka, dan lain – lain.
Landasan sosiologi mengandung norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut
oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita
harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok
dalam masyrakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan
damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi
norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi
oleh masing-masing anggota masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan
tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu:
1.
Paham
individualisme, Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir
merdeka dan hidup merdeka. Masing – masing boleh berbuat apa saja menurut
keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan
individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha
untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan
yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
2.
Paham
kolektivisme, Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya.
3.
Paham
integralistik, paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing
anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis
merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara
individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan
juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan
tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di
Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan
masyarakat:
1.
Kekeluargaan
dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat.
2.
Kesejahteraan
bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat..
3.
Negara
melindungi warga negaranya.
4.
Selaras
serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di
Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang
melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
F. PENDIDKAN SEBAGAI PRANATA SOSIAL
Theodorson G. A. mendefinisikan
pranata sosial (social institution) sebagai “an interrelated system of social
roles and norms organized about the satisfaction of an important social need or
function” (Sudarja Adiwikarta, 1988). Pranata sosial adalah suatu sistem peran
dan norma sosial yang saling berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan
kebutuhan atau fungsi sosial yang penting. Komblum menggunakan istilah
institusi untuk menjelaskan pranata sosial, ia mendefinisikannya sebagai “suatu
struktur status dan peranan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dasar anggota masyarakat” (Kamanto Sunarto, 1993). Adapun Koentjaraningrat
(1984), dalam definisinya secara tersurat menyebutkan juga peralatan-peralatan
dan manusia-manusia yang melaksanakan peranan-peranan itu. Redaksi
definisi-definisi di atas memang berbeda namun mengandung pengertian yang
relatif sama. Esensinya bahwa pranata sosial merupakan suatu sistem aktivitas yang
khas dari suatu kelakuan berpola; aktivitas yang khas ini dilakukan oleh
berbagai individu atau manusia yang mempunyai status dan peran masing-masing yang
saling berhubungan atau mempunya struktur; mengacu kepada sistem ide, nilai dan
norma atau tata kelakuan tertentu; dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan; dan aktivitas khas ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar
anggota masyarakat. Pendek kata, pranata sosil adalah perilaku berpola yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya
(basic needs).
Pranata pendidikan merupakan salah
satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi dan atau enkulturasi untuk
mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta
untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya. Melalui
pranata pendidikan sosialisasi dan atau enkulturasi diselenggarakan masyarakat,
sehingga demikian eksistensi masyarakat dan kebudayaannya dapat bertahan
sekalipun individu-individu anggota masyarakatnya berganti karena terjadinya
kelahiran, kematian, dan perpindahan.
Dala hubungan dengan keadaan serta
harapan masyarakat serta kebudayaannya, pranata pendidikan mempunyai dua fungsi
utama, yaitu:
1.
Fungsi
Konservasi
Dalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk mewariskan
atau melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat dan mempertahankan kelangsungan
eksistensi masyarakat.
2.
Fungsi
Inovasi/kreasi/transformasi
Dalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk melakukan
perubahan dan pembaharuan masyarakat beserta nilai-nilai budayanya.
Fungsi konservasi dan fungsi inovasi
pendidikan bagi masyarakat dan kebudayaannya dapat kita pahami dan riil terjadi
di dalam kehidupan masyarakat. Namun apakah pendidikan akan berfungsi
konservasi saja, atau inovasi saja, atau kedua-duanya, hal ini akan sangat tergantung
kepada pola-pola pendidikan yang diselenggarakan masyarakat yang bersangkutan.
Secara teoritis, memang dapat ditemukan adanya teori yang mengklasifikasikan seperti itu.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Secara umum Sosiologi Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan
(pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui pengkajian tentang
keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan pendidikan, dalam rangka mencari
model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha
untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi sosial di antara
orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta
didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan
tentang hubungan antara pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
B. SARAN
a.
Kita
sebagai pelajar dan calon pendidik harus lebih memahami bagaimana tata cara
mendidik anak didik kita. Baik itu dilihat dari segi psikologis, psikis
khususnya sosiologis agar cita-cita pengoptimalisasian upaya belajar mengajar
dapat terealisasi dengan sempurna.
b.
Makalah ini merupakan resume dari
berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada
sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
c.
Kritik dan saran yang membangun
tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rasyidin, Waini, dkk. 2013. Landasan Pendidikan. Bandung:
Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Jurusan Pedagogik FIP UPI
0 komentar:
Posting Komentar